Teknologi Aspal Karet
Sejak akhir 2011 hingga saat ini harga komoditas karet alam anjlok di pasar global. Harga karet hanya mampu bergerak pada kisaran USD 1 – 1,5 per kg karet kering. Pemerintah berinisiatif meningkatkan konsumsi karet alam domestik dengan target 100 ribu ton per tahun melalui penerapan teknologi aspal karet untuk mendukung pembangunan infrastruktur transportasi.
Teknologi aspal karet berdasarkan jenis bahan bakunya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
- Aspal karet berbasis lateks (lateks pravulkanisasi)
- Aspal karet berbasis karet padat (kompon karet padat)
- Aspal karet berbasis serbuk karet (campuran kompon karet padat dan serbuk ban bekas)
PENGUJIAN TEKNOLOGI
Penelitian dan uji gelar aspal karet telah dilaksanakan sejak akhir tahun 2016 oleh Pusat Penelitian Karet (PPK) bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan. Melalui pendanaan program ‘Insentif Inovasi Teknologi yang Dimanfaatkan di Industri’ dari Kementerian Ristekdikti tahun 2017 dan 2018 telah dibangun pengembangan fasilitas pengolahan lateks pravulkansasi sebagai aditif aspal hingga skala pilot project. Dukungan lain juga datang dari Kementerian Perindustrian pada tahun 2017 dengan memberikan hibah berupa mesin pengolahan aditif aspal berbasis karet padat (kompon/ masterbatch dan Serbuk Karet Alam Teraktivasi/SKAT).
Aspal karet berbasis lateks (lateks pravulkanisasi)
Teknologi aspal karet yang paling siap untuk dikembangkan adalah aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi. Lateks pravulkanisasi merupakan lateks pekat yang telah diolah secara kimiawi sehingga lebih tahan panas dan oksidasi. Aspal karet dengan penambahan lateks pravulkanisasi relatif lebih cepat dan mudah diproses. Aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi telah diujicoba di Kawasan Danau Lido Bogor pada tahun 2016 sepanjang 2 km. Teknologi ini sudah diterapkan oleh Direktorat Jenderal Binamarga Kementerian PUPR di Jalan Nasional Lintas Tengah Sumatera di Kabupaten Empat Lawang, Sumatra Selatan sepanjang 4,3 mm pada tahun 2018. Hasil analisis laboratorium maupun lapangan menunjukkan bahwa aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi memiliki ketahanan terhadap kedalaman alur yang lebih baik, ketahanan terhadap retak dan stabilitas yang lebih baik. Konsumsi karet yang digunakan sebanyak 2-3 ton per km jalan. Kesiapan penerapan aspal karet berbasis lateks pravulkanisasi juga dinilai karena adanya dukungan dari pihak industri. Di Indonesia, terdapat lebih dari 2 industri besar yang memiliki fasilitas mixer aspal karet.
Aspal karet berbasis karet padat (kompon karet padat)
Teknologi ini pada prinsipnya sama dengan aspal karet berbasis lateks yaitu dengan melarutkan karet ke dalam aspal namun berbeda jenis bahan bakunya. Karet dibuat dalam bentuk kompon terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pelarutan kompon karet ke dalam aspal. Bahan baku yang digunakan dalam teknologi ini adalah karet padat jenis brown crepe/RSS/SIR 20. Brown crepe dan RSS dapat dibuat di tingkat petani karet dengan memanfaatkan bokar rakyat yang telah dibersihkan, digiling, dan dikeringkan. Seperti halnya dengan memproduksi lateks pekat, insentif tambahan juga akan diperoleh petani jika dapat memproduksi brown crepe. Teknologi aspal karet berbasis karet padat telah diujicoba pada tahun 2017 di Jalan Raya Ciputat – Parung sepanjang 600 m. Penerapan teknologi ini masih menunggu kesiapan pabrik aspal karet karena membutuhkan peralatan yang lebih banyak daripada aspal karet berbasis lateks.
Aspal karet berbasis serbuk karet (campuran kompon karet padat dan serbuk ban bekas)
Jenis bahan aditif lain yang dapat ditambahkan dalam pembuatan aspal karet adalah Serbuk Karet Alam Teraktivasi (SKAT). SKAT merupakan campuran karet alam segar jenis mutu brown crepe/RSS/SIR 20 dengan serbuk karet yang berasal dari limbah ban bekas serta bahan kimia aditif. Aplikasi SKAT dengan cara dicampurkan dengan batuan agregat dan aspal ketika pembuatan hotmix di AMP (Asphalt Mixing Plant). Industri pembuatan serbuk ban sebagai bahan baku SKAT ini masih terbatas dan berlokasi di pulau Jawa sehingga penerapan teknologi masih pada skala yang terbatas. Teknologi aspal karet berbasis serbuk karet telah diujicoba pada tahun 2017 di Jalan Pantura di Kawasan Karawang sepanjang 500 m.
POTENSI PENYERAPAN KARET DAN PENDAPATAN PETANI
Mengacu pada kajian yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian Karet, teknologi aspal karet berpotensi menyerap karet alam sebanyak 80 ribu hingga 112 ribu karet alam per tahun dengan asumsi dosis karet alam sebesar 5-7% terhadap konsumsi aspal dalam negeri yaitu sekitar 1,6 juta ton per tahun.
Saat ini bahan baku lateks pekat untuk pengolahan lateks pravulkanisasi masih dipasok dari Perkebunan Besar Negara (BUMN Perkebunan) dan swasta. Untuk mendapatkan pasokan lateks dari petani karet diperlukan perubahan budaya mereka dalam mengolah hasil panen kebunnya dari berbentuk karet gumpalan menjadi lateks kebun dengan cara segera menambahkan bahan pengawet ke dalam lateks hasil panen kemudian memekatkannya dengan cara pendadihan maupun dengan mesin.
Pendapatan petani karet juga jauh lebih baik jika dapat memproduksi lateks pekat. Sebagai ilustrasi sederhana, karet gumpalan berkadar 60% karet berharga IDR 6.000 – 7.000 per kg basah, sedangkan lateks pekat pada kadar yang sama yaitu 60% dapat dihargai sebesar IDR 12.000 – 14.000 per kg basah. Faktor yang tidak kalah penting adalah adanya jaminan pasar atau pembeli atas produksi lateks pekat petani karet. Lebih lanjut teknologi ini oleh PPK, Pemda Musi Banyuasin, Sumsel dan PT. Jaya Trade Indonesia telah bekerjasama dan akan menerapkannya dalam proyek pengaspalan jalan aspal karet di Kabupaten Musi Banyuasin
Dari segi harga, meskipun dijual pada level lebih tinggi 20-30%, namun berdasarkan studi skala laboratorium aspal karet diprediksi mampu memberikan umur layanan yang 1,5 hingga 2 kali lebih panjang dibandingkan dengan aspal konvensional. Dengan demikian, penggunaan aspal karet justru akan menghemat biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan yang seringkali sama mahalnya dengan biaya pembuatan jalan baru.
Tumbuhnya industri aspal karet yang memanfaatkan karet rakyat tentu sangat bergantung pada goodwill dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah dikeluarkan. Standar aspal karet telah diterbitkan oleh Kementerian PUPR, dan Surat Edaran bagi Pemerintah Daerah di Jawa, Sumatera dan Kalimantan tentang Penerapan Aspal Karet telah diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Adanya kepastian dalam implementasi aspal karet ke dalam program infrastruktur jalan pada skala nasional akan mendorong peningkatan konsumsi karet dalam negeri. Pusat Penelitian Karet beserta industri aspal swasta siap bersama-sama mendukung dengan terjun ke dalam bisnis aspal karet dalam volume yang lebih besar lagi.
Henry Prastanto, ST, M.Eng – Peneliti Teknologi Pasca Panen – Balai Penelitian Teknologi Karet, Pusat Penelitian Karet