Pengaruh Kondisi Perdaunan Terhadap Hasil Lateks Pada Tanaman Karet
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman karet (Hevea brasiliensis) ditentukan oleh faktor genotipe (G), faktor lingkungan (E), dan interaksi genotipe x lingkungan (GxE). Kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap produksi karet salah satunya adalah kondisi curah hujan. Tanaman karet memiliki sifat menggugurkan daun pada setiap musim kemarau, gugur daun terjadi seiring adanya perubahan pola curah hujan bulanan. Kondisi curah hujan rendah mengakibatkan tanaman karet menggugurkan daun secara alami sebagai respon terhadap cekaman kekeringan yang terjadi pada bulan-bulan kering setiap tahunnya. Setiap klon tentunya akan memiliki respon yang berbeda terhadap perubahan jumlah curah hujan yang terjadi pada setiap bulannya. Gugur daun fisiologi yang terjadi pada tanaman karet merupakan respon tanaman untuk mencegah transpirasi berlebih pada saat terjadinya cekaman kekeringan. Secara genetik tentunya masing-masing klon memiliki mekanisme adaptasi yang berbeda pada saat terjadinya perubahan lingkungan.
Dinamika gugur daun pada tanaman karet terdiri dari lima fase yaitu fase 1 yang ditandai dengan muncul tanda-tanda daun menguning sampai daun kuning sebagian, fase 2 yang ditandai dengan kondisi daun kuning menyeluruh dan sebagian lagi sudah gugur, fase 3 ditandai dengan semua daun gugur dan muncul kuncup daun berwarna cokelat, fase 4 ditandai dengan daun mulai berwarna hijau muda, dan fase 5 ditandai dengan kondisi daun berwarna hijau tua.
Fase perdaunan pada tanaman karet
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dinamika fase gugur daun memiliki pengaruh nyata terhadap hasil lateks.
Pengaruh fase daun terhadap hasil lateks dari beberapa genotype karet
Jika ditinjau dari dinamika fase gugur daun menunjukkan bahwa hasil lateks (g/p/s) paling tinggi terdapat pada fase 5, sedangkan paling rendah terjadi pada kondisi daun fase 3 dan 4. Hasil lateks pada kondisi daun fase 1 tidak berbeda dengan fase 2. Fluktuasi hasil lateks sangat dipengaruhi oleh kondisi daun tanaman. Kondisi perdaunan karet memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan distribusi curah hujan. Turunnya kadar air tanah pada saat musim kemarau akan mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara tanaman yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan tanaman. Salah satu fungsi utama air bagi tanaman adalah mempertahankan turgiditas sel dan jaringan tanaman yang penting bagi kelangsungan aktivitas sel dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Pengaruh langsung yang terjadi akibat kekurangan air berkepanjangan yaitu berkurangnya laju pertumbuhan, sehingga ukuran tanaman dan hasil lateks rendah dibandingkan saat tanaman dalam kondisi normal.
Tanaman yang memiliki kecukupan air akan lebih efektif dalam kegiatan fotosintesis untuk menghasilkan asimilat. Kapasitas fotosintesis tanaman karet menurun saat gugur daun, sehingga hasil lateks pada klon karet umumnya juga menurun. Penurunan hasil lateks terjadi secara nyata pada saat pembentukan kuncup daun dan daun muda yaitu pada fase 3 dan 4. Hasil lateks yang rendah pada fase tersebut diduga disebabkan karbohidrat yang dihasilkan pada saat fotosintesis yang terdapat pada tanaman lebih diutamakan untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan untuk mensintesis partikel karet.
Referensi:
Oktavia, F., dan Lasminingsih, M. (2010). Pengaruh kondisi daun tanaman karet terhadap keragaman hasil sadap beberapa klon seri IRR. J. Penel. Karet. 29 (2): 32-40.
Priyadarshan, P.M., Sasikumar, S., and Concalves, D.(2001). Phenological changes in Hevea brasiliensis under differential geo climates. The Planter. 77: 447-481.
Siregar, T.H.S., Tohari, Hartiko, H., dan Karyudi. (2007). Dinamika perontokan dan pohon karet dan hasil lateks: I. Jumlah daun rontok dan hasil lateks. J. Penel. Karet, 25(1): 45-58.
Thomas dan Boerhendhy, I. (1988). Hubungan neraca air tanah dengan produksi karet klon GT 1 dan PR 261. Bull Perkebunan Rakyat. 4(1): 15-18.