Year: 2021
Penggunaan Rainguard Sebagai Upaya Antisipasi Fenomena Anomali Iklim LA-NINA Pada Perkebunan Karet
Saat ini terjadi fenomena La-Nina yang menyebabkan meningkatnya curah sebesar 20-40%. Fenomena ini diperkirakan terjadi pada 27,5 % wilayah di Indonesia termasuk Lampung, Sumsel, Sumbar, sebagian Bengkulu, Riau, Sumut, dan Aceh. Fenomena La-Nina berpotensi menyebabkan penurunan produksi karet. Penurunan produksi ini dapat terjadi karena peluang hujan pada pagi hari yang lebih tinggi pada saat terjadinya fenomena La-Nina mengganggu kegiatan penyadapan tanaman karet.
Pengaruh hujan terhadap produksi karet di Pusat Penelitian Karet Sembawa disajikan pada Tabel 1. La Nina berakibat pada turunnya jumlah hari sadap selama satu tahun. Pada tahun 2009 (tahun normal), jumlah hari sadap di Pusat Penelitian Karet Sembawa yang hilang karena hujan hanya 7 hari sadap, sedangkan pada tahun 2010 (La Nina) meningkat hingga mencapai 16 hari sadap. Peningkatan hari sadap yang hilang karena hujan yang tinggi pada Januari-Maret serta periode September-Desember 2010. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010 curah hujan telah mengurangi hari sadap di KP Balit Sembawa sebanyak 9 hari.
Tabel 1. Pengaruh curah hujan terhadap hari sadap
Bulan |
TAHUN 2009 (Normal) |
Tahun 2010 (La Nina) |
||||||
Produk- tivitas (Kg/Ha) |
Jumlah Hari Tidak Disadap |
Jumlah Hari Sadap |
Produk- tivitas (Kg/Ha) |
Jumlah Hari Tidak Disadap |
Jumlah Hari Sadap |
|||
Karena Hujan |
Karena Libur |
Karena Hujan |
Karena Libur |
|||||
Jan |
157 |
1 |
2 |
28 |
252 |
3 |
2 |
26 |
Feb |
197 |
1 |
27 |
189 |
4 |
1 |
23 |
|
Mar |
188 |
1 |
1 |
29 |
257 |
3 |
1 |
27 |
Apr |
226 |
2 |
28 |
304 |
1 |
29 |
||
May |
204 |
1 |
2 |
28 |
282 |
1 |
30 |
|
Jun |
160 |
1 |
29 |
254 |
1 |
29 |
||
Jul |
135 |
2 |
29 |
265 |
2 |
29 |
||
Aug |
87 |
1 |
3 |
27 |
170 |
2 |
29 |
|
Sep |
74 |
6 |
24 |
110 |
1 |
6 |
23 |
|
Oct |
100 |
1 |
30 |
148 |
1 |
1 |
29 |
|
Nov |
124 |
2 |
2 |
26 |
159 |
1 |
2 |
27 |
Des |
192 |
1 |
1 |
29 |
196 |
3 |
1 |
27 |
|
||||||||
Total |
1,844 |
7 |
24 |
334 |
2,586 |
16 |
21 |
328 |
Untuk mengantisipasi fenomena La-Nina pada perkebunan karet, dapat diaplikasikan teknologi rainguard. Hilangnya hari sadap dan keterlambatan waktu penyadapan karena hujan dapat diatasi dengan teknologi rainguard. Di India pada tahun normal, 25 hingga 40 hari sadap dapat diselamatkan dengan penggunaan rainguard.
Rainguard tersebut berfungsi untuk membelokkan aliran air hujan yang mengalir melalui batang, sehingga tidak masuk ke mangkuk sadap dan menjaga bidang sadap tetap dalam keadaan kering. Dengan alat tersebut, air hujan yang jatuh ke dalam mangkok sadap jauh berkurang. Pengukuran volume air yang masuk pada mangkok sadap menunjukkan bahwa dengan aplikasi rainguard, air yang masuk ke dalam mangkok sadap hanya 20% saja sehingga tercucinya lateks oleh air hujan yang masuk ke mangkok sadap menjadi lebih kecil.
(Andi Nur Cahyo – Kelti Agronomi)
Kembangkan Hilirisasi Produk Lateks, Sekda Muba Datangi Puslit Karet Sembawa
SEMBAWA - Meski operasional pabrik aspal karet di Kabupaten Musi Banyuasin telah berjalan, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dibawah kepemimpinan Bupati Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA tak pernah berhenti mengembangkan hilirisasi produk lateks.
"Prinsipnya kan serapan karet petani rakyat di Muba ini harus terus tinggi, demi meningkatkan kesejahteraan petani karet. Makanya berbagai upaya, termasuk untuk terus mengembangkan hilirisasi produk lateks akan terus kita lakukan," ucap Sekda Muba Drs ApriyadiMSi di sela kunjungan ke Pusat Penelitian(Puslit) Karet Sembawadalam rangka Studi Pembelajaran dan Penjajakan Kerjasama dalam rangkaPengembangan Hilirisasi Industri Karet Berbasis Masyarakat, Selasa (2/2/2021).
Dikatakan Apriyadi, pabrik aspal karet yang telah berdiri di Kabupaten Muba akan mampu menyerap 20 ribu lateks pekat produksi petani Muba, Pemkab Muba terus berupaya meningkatkan harga karet alam.
"Hari ini kita penjajakan kerjasama, produk hilir apa saja yang bisa kita kembangkan, seperti bantal lateks, produksi karet gelang, souvernir karet, balon atau sarung tangan," kata Sekda.
Lanjutnya pengembangan hilirisasi komoditas karet itu akan dilakukan oleh petani karet di Kabupaten Muba dengan dorongan pemerintah daerah dan bantuan teknologi dari Puslit Karet Sembawa.
"Mudah-mudahan keinginan kita ini bisa cepat terwujud, petani bisa memproduksi produk-produk turunan karet sendiri, langkah ini untuk mendongkrak kesejahteraan petani karet juga memberikan nilai tambah serta meningkatkan kesejahteraan petani karet rakyat," ulasnya.
Kepala Pusat Penelitian (Puslit) Karet Sembawa, Dr Edy Suprianto menilai Pemkab Muba mempunyai komitmen tinggi dalam upaya pengembangan sektor hilirisasi karet. "Ini sudah terbukti, salah satunya dengan pendirian pabrik aspal karet," ucapnya.
Edy menambahkan, Puslit Karet siap bersinergi dengan Pemkab Muba untuk memaksimalkan upaya pengembangan hilirisasi produk lateks di Kabupaten Muba.
"Kami yakin, Muba ini akan menjadi sentra nantinya serta percontohan khususnya di Sumsel dalam rangka pengembangan hilirisasi produk lateks yang tentunya sangat berdampak positif bagi petani karet rakyat," tandasnya.
Dalam kesempatan kunjungan ke Pusat Penelitian(Puslit) Karet Sembawa, Sekda Muba Drs Apriyadi MSi didampingi Asisten Bidang Pengembangan Perekonomian dan Pembangunan Setda Muba H Yusuf Amilin dan Kepala Perangkat Daerah Muba juga turut diterima langsung oleh Peneliti Fisiologi/ Kabag Penelitian & Pengembangan Puslit Karet Sembawa Dr Radite Tistama, Kabag Usaha Puslit Karet Sembawa Afrizal Vachlepi, MT, Kabag Bahan Tanam Puslit Karet Sembawa Ir Bambang Mulyadi, Peneliti Sosial Ekonomi/ Kasub SPI Dwi Shinta Agustina.
Pemupukan Tanaman Karet
Pemupukan pada tanamana karet merupakan salah satu masukan yang diperlukan dalam kultur teknis perkebunan karet untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Perkebunan karet pada saat ini banyak menggunakan klon-klon unggul yang berproduksi tinggi yang menguras hara tanaman, sehingga memerlukan menambahan hara melalui pemupukan. Respon pemupukan dari tanaman tergantung dari status hara tanaman. Pada kondisi kekurangan hara, tanaman sangat respon terhadap pemupukan dan mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi lebih baik lagi.
Tujuan dari pemupukan bertujuan antara lain : (1) mempertahankan kesuburan dan menjaga kelestarian tanah, (2) menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman, (3) mempercepat pertumbuhan tanaman untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), (4) meningkatkan dan mempertahankan produksi untuk Tanaman Menghasilkan (TM), (5) meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit.
Keberhasilan pemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : (1) tepat dosis pupuk, (2) tepat jenis pupuk, (3) tepat waktu dan frekuensi pemupukan, (4) tepat cara pemupukan, dan (5) adanya pengendalian gulma. Dosis pupuk sesuai dengan rekomendasi umum pemupukan seperti pada Tabel 1 dan 2. Pupuk diberikan diberikan sesuai dengan umur tanaman yang memberikan manfaat hara sesuai yang dibutuhkan.
Tabel 1. Rekomendasi umum pemupukan pada tanaman belum menghasilkan
UMUR TANAMAN (tahun) |
JENIS PUPUK |
||||
Urea (g/p/th) |
TSP (g/p/th) |
KCl (g/p/th) |
Kieserit (g/p/th) |
Frekuensi pemupukan |
|
Pupuk dasar |
- |
100 |
- |
- |
- |
1 |
250 |
120 |
100 |
50 |
6 kali/th |
2 |
250 |
200 |
200 |
75 |
6 kali/th |
3 |
250 |
200 |
200 |
100 |
6 kali/th |
4 |
300 |
200 |
250 |
100 |
6 kali/th |
5 |
300 |
200 |
250 |
100 |
6 kali/th |
Tabel 2. Rekomendasi umum pemupukan pada tanaman menghasilkan
UMUR (tahun) |
JENIS PUPUK |
||||
Urea (g/p/th) |
TSP (g/p/th) |
KCl (g/p/th) |
Kieserit (g/p/th) |
Frekuensi pemupukan |
|
6 – 15 |
350 |
200 |
300 |
75 |
2 kali/th |
16 – 25 |
350 |
150 |
250 |
75 |
2 kali/th |
> 25 sampai 2 tahun sebelum peremajaan |
200 |
- |
150 |
- |
2 kali/th |
Jenis pupuk yang diberikan terdiri 4 jenis yaitu : (1) Urea, (2) TSP, (3) KCl, dan (4) Kieserit (Gambar 1). Selain pupuk tunggal untuk pemupukan tanaaman karet, dapat juga alternatif pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk.
Gambar 1. Jenis pupuk untuk pemupukan tanaman karet
Waktu dan frekuensi pemupukan harus tepat agar pupuk dapat terserap tanaman. Pemupukan dilakukan saat kondisi kelembaban tanah cukup baik pada saat sudah ada hujan. Frekuensi pemupukan di sesuaikan dengan umur tanaman, pada TBM menggunakan frekuensi 6x/tahun (Tabel 1), sedangkan pada TM menggunakan frekuensi 2x/tahun (Tabel 2).
Cara pemupukan juga harus tepat sehingga tanaman dapat memanfaatkan hara secara optimum sesuai stadia pertumbuhannya. Aplikasi pemupukan dapat dilakukan dengan cara tabur dan di benam tergantung dengan kondisi lokasi kebun, jenis pupuk yang digunakan, dan ketersediaan tenaga kerja yang ada.
Pengendalian gulma dilakukan paling tidak satu minggu sebelum pemupukan untuk mengurangi kompetisi pemanfaatan pupuk. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual maupun kimiawi.
Pada saat ini harga karet yang masih rendah dan biaya pemupukan yang tinggi, memerlukan pertimbangan bijak untuk pelaksanaan pemupukan. Pemupukan selektif dapat dijadikan alternatif untuk areal yang defisiensi berat baik karena serangan penyakit maupun efek dari produksi yang berlebih, sehingga memerlukan penambahan hara segera untuk pemulihan kesehatan tanaman. Bijak dalam pemupukan untuk menjaga pertumbuhan dan produksi tanaman karet.