27/12/2024

adminv1

WEBINAR REGULASI DAN KEBIJAKAN TEH NASIONAL DALAM RANGKA

MENUJU DIES NATALIS PPTK KE-51

SUSTAINABILITEA UNTUK EKSISTENSI TEH INDONESIA

Rabu, 22 November 2023

22 November 2023 – Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) yang merupakan Cabang Unit PT Riset Perkebunan Nusantara menggelar Webinar Regulasi dan Kebijakan Teh dengan Tema “Sustainabilitea untuk Eksistensi Teh Indonesia” dalam rangka menuju Dies Natalis PPTK ke-51 yang dihadiri sebanyak 82 peserta webinar, Rabu (23/11/2023).

Kepala Pusat Penelitian Teh dan Kina dalam sambutannya mengatakan bahwa PPTK sebagai lembaga penelitian dan pengembangan satu-satunya di Indonesia yang berfokus pada komoditas teh memiliki peran dan posisi yang strategis untuk memfasilitasi kajian dan diskusi ilmiah dalam rangka merumuskan rekomendasi kebijakan teh nasional.  “Pentingnya eksistensi PPTK untuk keberlanjutan teh Indonesia” ujarnya.

Sejalan dengan sambutan Kepala PPTK,  para narasumber webinar, Ibu Kralawi Sita (PPTK), Bapak Slamet Bangsadikusumah (Ketua Umum GPP Jabar-Banten) dan Bapak Farid Amir (Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan) mengungkapkan bahwa industri teh Indonesia mengalami kinerja on farm yang semakin menurun meliputi luas areal, produksi dan kualitas, serta diikuti kinerja dinamika perdagangan ekspor yang cenderung turun dan sebaliknya impor meningkat, hal tersebut semakin memperkuat urgensi pelaksanaan webinar ini.

Adapun yang menjadi tantangan pada eksistensi komoditas ini yaitu rantai nilai hulu atau produsen sampai dengan retail konsumen akhir memiliki pertambahan nilai gap margin manfaat yang cukup besar. Selain itu, risiko disrupsi global dapat berupa penurunan ekonomi negara tujuan ekspor, harga komoditas yang berfluktuasi, harga input yang mahal, menguatnya tensi geopolitik, perubahan preferensi tenaga kerja, perubahan iklim, dan perubahan preferensi konsumen.

“Guna mengatasi permasalahan teh nasional sekaligus menangkap peluang agribisnis teh perlu diberlakukan Regulasi dan Kebijakan Teh Nasional secara komprehensif dan menyeluruh sehingga diharapkan dapat mengatasi permasalahan teh nasional dari hulu sampai hilirnya” ungkap Ketua APTEHINDO, Nugroho B. Koesnohadi dalam sambutannya.

Diskusi pada webinar ini menghasilkan rumusan pentingnya kebijakan safeguards prioritas, meliputi ; 1) kebijakan peningkatan produksi untuk pemenuhan konsumsi domestik dan peluang ekspor; 2) kebijakan perlindungan lahan dari aktivitas okupasi liar dan alih fungsi yang kurang sesuai dengan carrying capacity; 3) kebijakan input produksi (pemberlakuan upah dan dukungan subsidi pupuk dan energi); 4) kebijakan penyesuaian tarif dan penerapan non-tarif barrier untuk proteksi produk impor teh ke Indonesia; 5) kebijakan skema pembiayaan lain non APBN untuk pengembangan industri teh nasional seperti BPDP Non Sawit.

Dengan terlaksananya Webinar ini, Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) berharap dapat membantu dan menjadi solusi bagi para pelaku usaha sehingga komoditas teh Indonesia akan tetap eksis.

                                                                                  ---

Keterangan Lebih Lanjut:

Annisa Rosdiana

Sekretaris

Pusat Penelitian Teh dan Kina

Telp: +6222 5928186

Ponsel: +6281772863764

email: secretariat@iritc.org

Kontribusi dan Trend Komoditas Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah Provinsi Sumatera Selatan

Pusat Penelitian Karet Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Rabu, 15 November 2023

Upaya menyikapi kelangsungan dan kemajuan inovasi riset sektor perkebunan terus dilakukan dengan menindaklanjuti program riset unggulan berjudul “Kontribusi dan Trend Komoditas Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah Sentra Perkebunan” yang menjadi fokus Holding Perkebunan PTPN III (Persero) melalui PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) selaku anak perusahaan untuk unggul dan berdaya saing demi keberlanjutan hulu hilir komoditas perkebunan di skala domestik dan internasional.

Pusat Penelitian Karet (PPK) sebagai satu-satunya lembaga riset RPN yang memiliki sumber daya peneliti handal di bidang perkaretan ditunjuk sebagai pelaksana kegiatan FGD yang membahas ruang lingkup prospek, kebijakan dan eksistensi kinerja stakeholder terkait pengembangan perkebunan karet dalam negeri khususnya sentra kebun karet di Sumatera Selatan.

Kegiatan FGD yang berlangsung di Gedung Aula Hevea PPK Sembawa diikuti setidaknya oleh 151 peserta termasuk 30 orang peserta yang hadir secara daring. Kehadiran peserta FGD mewakili unsur pemerintah yang terdiri dari Holding Perkebunan PTPN III, PT Perkebunan Nusantara 7, Kementerian Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Penelitian Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan Statistik, Badan Standardisasi Instrumen Pertanian, Agraria Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional, Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perdagangan, Dinas Perindustrian, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Pusat Penelitian Teh Kina (PPTK), Pusat Penelitian Kopi Kakao Indonesia (PPKKI), Pusat Penelitian Pengembangan Gula Indonesia (P3GI), Otoritas Jasa Keuangan serta Perbankan milik negara dan daerah. Selain itu, peserta dari berbagai lembaga lainnya seperti perusahaan perkebunan, perusahaan pupuk, perusahaan minyak dan gas, produsen manufaktur juga hadir bersama Civitas Akademika, Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO), Asosiasi Petani Karet Indonesia (APKARINDO) dan perwakilan petani karet Unit Pengolahan Pemasaran Bokar (UPPB) juga hadir mengikuti serangkaian agenda acara dengan topik yang dibagi dalam tiga sesi diskusi ini.

Kearifan lokal khas daerah Kabupaten Banyuasin mengawali pembukaan FGD ini dengan pentas kesenian tari “Mantang Para”, yang seakan menceritakan kesan tentang aktifitas berkebun karet dilakukan dengan penuh semangat dan riang gembira. Kepala Pusat Penelitian Karet Dr. Suroso Rahutomo dalam sambutannya mengemukakan bahwa FGD sangat diperlukan untuk mendukung langkah strategis sebagai solusi pengembangan industri karet melalui ruang diskusi. Hal tersebut senada dengan Dr. Misnawi selaku SEVP Operasional II RPN yang menyatakan pentingnya kesinambungan dalam peningkatan produktivitas kebun secara maksimal dengan mengupayakan aspek peran sumber daya yang ada.

Pertemuan ini berlangsung dinamis dengan keaktifan peserta menyampaikan ide, gagasan dan pertanyaan kepada narasumber pada setiap sesi diskusi. Pada akhirnya diperoleh rumusan hasil FGD yaitu :

Komoditas karet berkontribusi sebagai sumber mata pencaharian bagi 2,33 Juta keluarga, devisa negara US$ 3,65 M, serta produk yang bernilai ekologis. Akan tetapi perkembangan harga karet alam dunia selama dekade terakhir mengalami stagnan rendah, yang disebabkan oleh dampak pandemi, post pandemic, dan perubahan iklim. Selain itu, adanya serangan penyakit gugur daun pestalopsiosis telah berdampak sangat signifikan terhadap produksi, produktivitas dan kualitas karet. Kondisi serangan penyakit ini pun telah menyebabkan kebun karet yang produktif menjadi tidak produktif, terlebih pada kondisi kebun karet yang sudah tidak produktif (tua). Disisi lain, konsumsi karet nasional dan global cenderung terus mengalami kenaikan. Dengan dinamika kinerja on farm dan perdagangan berimplikasi menyebabkan banyak industri pengolahan karet memenuhi bahan baku berasal dari impor untuk memenuhi konsumsi nasional dan global, untuk menghindari atau mengurangi hal tersebut perlunya dilakukan beberapa upaya dalam keberlanjutan karet rakyat di Indonesia dan dibutuhkan strategi berupa program peremajaan sesuai GAP, peningkatan protas, perbaikan harga dan compliance terhadap berbagai barrier pasar luar negeri (Sustainability dan Regulasi EU Deforestation).

Pembangunan perkebunan di Sumatera Selatan sejalan dengan visi misi “Provinsi Sumatera Selatan Maju untuk Semua” Membangun Sumatera Selatan Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Mendukung Sektor Pertanian, Industri, dan UMKM yang Tangguh untuk Mengatasi Pengangguran dan Kemiskinan Baik di perkotaan maupun di Pedesaan. Peran strategis komoditas perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan terlihat dari trend dan kontribusi nilai ekspor perkebunan berada di urutan kedua sebagai komoditas ekspor tertinggi adalah Karet dan barang dari Karet dengan nilai sebesar US$1.465,12 juta (19,32 persen). Sumatera Selatan dikenal sebagai penghasil karet terbesar di Indonesia pada tahun 2022 dan dilanjutkan Sumatera Utara, Jambi, serta Riau, dengan total produksi karet alam Indonesia adalah 3,14 juta. Dari segi konsumsi tahun 2021, industri karet hilir terbesar pada konsumsi industri ban sebesar 248.598 ton (28%), dilanjutkan dengan MRG (15%), alas kaki (11%), dan ban vulkanisir (11%). Jadi hasil dari karet 80% diekspor, dan 20% untuk industri ban.

Adapun berbagai tantangan yang dihadapi pelaku usaha karet alam saat ini yaitu terbatasnya akses pembiayaan, kesiapan digital, akses pemasaran, serta kemauan untuk mengembangkan. Dalam menanggulangi hal tersebut diperlukan beberapa upaya seperti replacement tanaman tua dengan klon unggul, pada teknologi yang dikembangkan berupa inovasi pembuatan lateks pekat secara pendadihan dan produk hilir yang seperti dalaman bola (bliter), busa alam, sebutret dan karet gelang. Pada diskusi FGD ini juga terdapat diskusi mengenai Perbankan mempertimbangkan harga komoditas karet untuk pemberian kredit, karena terkait kemampuan pengembalian kredit oleh petani. OJK akan mempelajari skema kredit terbaik untuk petani karet. Perbaikan harga di sektor hulu perlu ditarik pengembangan sektor hilirnya. Selain itu dalam pemasaran karet dapat melalui UPPB sebagai alternatif menjual karet dengan harga yang lebih tinggi. Puslit Karet berkomitmen melakukan pembinaan ke petani untuk dapat melakukan hilirisasi agar dapat meningkatkan nilai tambah hasil perkebunan karet menjadi produk/barang jadi.

PT Riset Perkebunan Nusantara selaku pengarah dalam pelaksanaan kegiatan FGD ini, mengapresiasi dukungan dan partisipasi para pihak termasuk mitra kerja Pusat Penelitian Karet yang membantu FGD berjalan dengan lancar.

PT Riset Perkebunan Nusantara mengucapkan terima kasih kepada Holding Perkebunan PT PN III atas kepercayaannya dan terselenggaranya serangkaian acara sehingga hasil kegiatan riset unggulan ini dapat tercapai dengan baik. Komitmen bersama tentunya menjadi penting untuk kemajuan Perusahaan demi mengapai tujuan dari seluruh bentuk dan upaya pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan core value AKHLAK, BUMN untuk Negeri.

Acara ini juga diliput berbagai media cetak maupun elektronik seperti :
https://www.akselnews.com/riset-perkebunan-nusantara-sebut-sawit-primadona-produksi-karet-turun-karena-ini/
https://sumselupdate.com/fgd-temukan-solusi-terkait-perkebunan-di-sumsel/
https://sumeks.disway.id/read/687419/fgd-kontribusi-dan-tren-komoditas-diharap-bisa-berikan-solusi-masalah-perkebunan
https://www.rri.co.id/daerah/445099/produksi-karet-makin-turun-rpn-perlu-solusi-segera?utm_source=news_main&utm_medium=internal_link&utm_campaign=general_campaign

Seleksi Toleransi Kekeringan Bibit Karet GT1 Dengan Penambahan Polietilen Glikol (PEG) 6000

Toleransi batang bawah karet terhadap cekaman kekeringan belum banyak diteliti. Sistem perakaran dapat digunakan sebagai indikator toleransi kekeringan dalam menghambat pertumbuhan tanaman. Sistem perakaran batang bawah karet dianggap dapat membantu tanaman memperoleh ketahanan yang lebih besar terhadap cekaman kekeringan. Larutan osmotik polietilen glikol (PEG) 6000 dapat mengontrol potensi air dalam media tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh larutan osmotik PEG 6000 (0%; 7,5%; dan 15%) terhadap bibit karet berdasarkan  karakter morfologi dan indeks sensitivitas. Benih karet GT1 (Gondang Tapen 1) yang digunakan sebagai bahan tanam berasal dari kebun benih PT. Socfin Indonesia (Gambar 1). Karakter morfologi yang jadikan sebagi bahan amatan adalah panjang akar tunggang, tinggi tunas, dan laju pertambahan panjang akar tunggang, laju pertambahan tinggi tunas, rasio panjang akar tunggang dan tinggi tunas. Data dianalisis menggunakan analisis varian, diskriminan, dan indeks sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan PEG 6000 pada media tanam secara in vitro berpengaruh nyata terhadap karakter laju pertambahan panjang akar tunggang. Indeks sensitivitas laju pertambahan akar tunggang dan rasio panjang akar tunggang dan tinggi tunas tergolong sedang (7,5%). Laju pertambahan panjang akar tunggang merupakan karakter pembeda yang menunjukkan tingkat toleransi awal bibit GT1 terhadap kekeringan.

Pengaruh cekaman kekeringan antara lain terhambatnya pertumbuhan tanaman, sehingga laju pertumbuhan lilit batang lambat, dengan waktu buka sadap yang lama (>6 tahun). Pengembangan batang bawah toleran kering diyakini dapat menyiapkan sistem perakaran yang kuat di bawah kondisi stres. Seleksi in vitro terhadap cekaman kekeringan memiliki keunggulan komparatif, antara lain seleksi cepat, tidak membutuhkan ruang luas, dan mudah diawasi. Jenis benih batang bawah yang dersedia di lapangan antara lain benih GT1 (Gondang Tapen 1). Pengaruh larutan osmotik PEG 6000 terhadap karakter morfologi dan indeks sensitivitas perlu diketahui terhadap beberapa konsentrasi PEG 6000.

Simulasi cekaman kekeringan pada tanaman dilakukan dengan penambahan polietilen glikol (PEG). Cekaman air menurunkan persentase panjang radikula dan plumula perkecambahan biji. Perkecambahan tanaman dan pertumbuhan bibit sangat penting untuk pembentukan awal tanaman pada kondisi cekaman air. Pengurangan pertumbuhan merupakan parameter penting untuk mengevaluasi toleransi cekaman air. Keadaan ini terjadi karena pertumbuhan berhubungan langsung dengan massa, dan kemungkinan kerusakan massa ketika tanaman mengalami cekaman air. Bagian tumbuhan yang menyerap air dan unsur hara adalah akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya air yang diserap oleh tanaman adalah kandungan air dalam tanah, air yang tersimpan di dalam tanah, dan kemampuan akar tanaman untuk menyerap air. Akar pada tanaman yang kekurangan air akan meningkatkan luas dan kedalaman sistem akar untuk menyerap air. Analisis varian  panjang akar tunggang menunjukkan adanya perbedaan antara ketiga perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa PEG 6000 telah mempengaruhi panjang akar tunggang pada masing-masing perlakuan. Secara umum dilihat dari rata-rata dan koefisien variasi pertumbuhan akar tunggang mulai terhambat, dengan pertumbuhan panjang akar tunggang menurun pada perlakuan PEG 6000 7,5% dan 15% (Gambar 2). Tanaman dengan tingkat toleransi baik terhadap cekaman air menunjukkan persentase kehilangan panjang akar dan panjang tunas relatif kecil.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perkecambahan dan pertumbuhan bibit yang digunakan dalam suatu percobaan dapat membantu  membedakan antara kultivar yang toleran dan rentan, ketika evaluasi cekaman air dengan penambahan PEG 6000. Berdasarkan nilai indeks sensitivitas, karakter yang diamati diklasifikasikan sebagai kelompok sensitif (IS> 1). Nilai IS menunjukkan bahwa genotipe yang diuji pada kondisi sub-optimal menunjukkan penurunan pertumbuhan sehingga dikatakan genotipe tersebut tidak toleran. Berdasarkan indeks sensitivitas cekaman air (IS) pada variabel persentase perkecambahan, panjang akar seminal, panjang tunas, panjang kecambah, bobot kering akar seminal, bobot kering pucuk, dan vigor benih, menunjukkan toleransi beragam dengan perlakuan PEG 6000.

Penghindaran dan toleransi kekeringan adalah dua mekanisme dimana tanaman beradaptasi di bawah tekanan air. Karena mekanisme ini sulit untuk dievaluasi secara terpisah dalam eksperimen lapangan menggunakan kultur hidroponik, hasil penelitian menunjukkan bahwa toleransi genetik kekeringan tanpa adanya efek penghindaran. Penelitian terkait penggunaan PEG 6000 untuk simulasi toleransi kekeringan pada batang bawah tanaman karet masih terbatas diteliti. Beberapa taraf PEG 6000 (15%, 25%, 35%) digunakan untuk menilai ketahanan klon RRIM 600 terhadap cekaman kekeringan dengan merendam benih selama tujuh hari dalam larutan. Penilaian dilakukan terhadap karakter fisiologis (superoksida dismutase, katalase, gula terlarut, prolin, hidrogen peroksida, dan radikal bebas superoksida Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penilaian awal batang bawah untuk digunakan pada saat okulasi, terutama jika akan dibuka perkebunan karet di areal nyata yang tergolong kering.

Laju pertambahan panjang akar tunggang merupakan karakteristik pembeda yang dapat diterapkan untuk menilai tingkat toleransi awal bibit GT1 terhadap kekeringan. Nilai indeks sensitivitas menunjukkan bahwa karakter laju pertambahan akar tunggang dan rasio panjang akar tunggang dan tinggi tunas tergolong sedang.

Gambar  1. A. Bibit klon karet GT1; B. Bibit karet setelah 14 hari ditanam di media pasir; C. Bibit karet ditanam pada media cair  ¼ MS + PEG 6000 (0%, 7,5%, 15%)

Gambar 2. Visual akar dan tunas GT1 pada media ¼ MS yang ditambahkan berbagai kadar PEG 6000 pada 0% (A), 7,5% (B), dan 15% (C).

Sumber:

Syarifah Aini Pasaribu, Mohammad Basyuni, Edison Purba, dan Yaya Hasanah. 2021. Drought tolerance selection of GT1 rubber seedlings with the addition of polyethylene glycol (PEG) 6000. Biodiversitas, 22 (1): 394-440. DOI: 10.13057/biodiv/d220148

Penyelenggara Uji Profisiensi

Keabsahan data yang dikeluarkan oleh suatu laboratorium sangatlah penting karena menyangkut kredibilitas dan kompetensi laboratorium tersebut. Oleh karena itu diperlukan suatu mekanisme untuk memantau keabsahan data yang dikeluarkan oleh laboratorium sebagai upaya untuk menjaga kualitas data hasil pengujian melalui uji profisiensi atau uji banding antar laboratorium. Uji profisiensi ini juga merupakan salah satu upaya untuk menerapkan pelaksanaan ISO/IEC 17025:2017 mengenai standar kompetensi laboratorium sehingga dapat dikontrol kinerja laboratorium secara eksternal.

Tahun 2019 Unit Riset Bogor - Getas telah menyelenggarakan uji profisiensi untuk produk karet remah Standard Indonesian Rubber (SIR) di bawah koordinasi Laboratorium Penguji – Pusat Penelitian Karet. Kegiatan tersebut diikuti oleh peserta dari laboratorium dalam pabrik karet remah anggota Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) yang ada di seluruh Indonesia dan laboratorium penguji lingkup Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB). Kegiatan uji profisiensi karet remah SIR tahun 2020 dikoordinasikan di bawah Penyelenggara Uji Profisensi – Unit Riset Bogor - Getas (PUP – URBG).

PUP – URBG merupakan salah satu unit yang berada di bawah koordinasi Unit RIset Bogor - Getas (URBG). PUP - BPTK didirikan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Penelitian Karet Nomor 1910.1/PPK/Kpts/X/2020. PUP - URBG menerapkan SNI ISO/IEC 17043:2010 dalam pelaksanaannya dan direncanakan akan diajukan untuk diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tahun 2021. PUP - URBG didukung oleh personil yang ahli dan kompeten di bidangnya serta ditunjang oleh Laboratorium Penguji – Pusat Penelitian Karet yang telah terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017.

Selain menyelenggarakan uji profisiensi karet remah SIR, PUP – URBG juga dapat menyelenggarakan uji profisiensi atau uji banding antar laboratorium untuk produk karet yang lain seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

[table id=27 /]

Rekrutmen Peneliti

[Pendaftaran Telah Ditutup]

Pendaftaran Rekruitmen Peneliti telah ditutup, untuk pengumuman tahap selanjutnya, akan diinformasikan melalui e-mail peserta yang lulus tahap administrasi dan ditayangkan di website Pusat Penelitian Karet