adminv1
Sayurandi, M.Si.
Sayurandi, M.Si.
Peneliti Pemuliaan Tanaman
- telp
- youtube.com
Lestari Admojo, M.Sc.
Lestari Admojo, M.Sc.
Peneliti Pemuliaan Tanaman
- telp
- youtube.com
Afdholiatus Syafaah, M.Sc.
Afdholiatus Syafaah, M.Sc.
Peneliti Pemuliaan Tanaman
- telp
- youtube.com
Ari Fina Bintarti, M.Si.
Ari Fina Bintarti, M.Sc
Peneliti Pemuliaan Tanaman
- telp
- youtube.com
Sigit Ismawanto, M.Sc.
Sigit Ismawanto, M.Sc.
Peneliti Pemuliaan Tanaman
- +62 817 548 4879
- sigit.ismawanto@gmail.com
-
Google Scholar
Pendidikan
- S1 - Universitas Gadjah Mada - Biologi
- S2 - University Putra Malaysia - Genetic Engineering and Molecular Biology
Minat Riset
- Genetika dan Pemuliaan Tanaman
- Bioinformatika
Biografi Singkat
Sigit memperoleh gelar Sarjana (Biologi) dari Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2004. Gelar Master of Science diperoleh dari University Putra Malaysia pada tahun 2013. Pada tahun 2017 memperoleh jenjang fungsional Peneliti Muda Bidang Genetika dan Pemuliaan Tanaman.
Dr. Fetrina Oktavia
Dr. Fetrina Oktavia
Kepala Kelompok Peneliti Pemuliaan Tanaman
- +62 852 6864 3551
- fetrina_oktavia@yahoo.com
-
Google Schoolar
Pendidikan
- S1 - 1999 - Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Andalas
- S2 - 2004 - Bioteknologi, Sekolah Pascasarjana, Institute Pertanian Bogor
- S3 - 2016 - Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman, Sekolah Pascasarjana, Institute Pertanian Bogor
Minat Riset
- Bioteknologi tanaman
- Molecular Breeding
- Persilangan dan seleksi tanaman
- DNA Fingerprinting
Biografi Singkat
Fetrina memperoleh gelar Sarjana Sains dari Universitas Andalas pada tahun 1999. Gelar Magister Sains diperoleh pada tahun 2004 dan Doktor pada tahun 2016 dari Institute Pertanian Bogor. Tahun 2018 memperoleh jenjang fungsional Peneliti Madya. Tahun 2019 - 2020 menjabat sebagai Koordinator Penelitian Balai Penelitian Sembawa, dilanjutkan dengan Kepala Sub Operasional Penelitian Pusat Penelitian Karet. Sejak 2019 sampai saat ini sebagai Ketua Kelompok Penelian Pemuliaan Pusat Penelitian Karet.
Fetrina aktif melakukan kegiatan penelitian yang mendukung program pemuliaan tanaman karet di Indonesia. Dalam pengembangan kerja sama International, Fetrina berpartisipasi aktif dalam kegiatan Breeding Group of IRRDB (International Rubber Research Development Board) sebagai Country representative dari Indonesia. Selain itu Fetrina juga berkesempatan berkolaborasi dengan Cirad, Perancis dan Agromillora, Spanyol mengembangkan bahan tanam karet asal kultur jaringan pada tahun 2017-2021. Kolaborasi dengan Cirad juga dilakukan terkait dengan Genome and Genetic Analysis of Tapping Panel Drynes pada tahun 2016-2020 dilanjutkan dengan co-coordinator kegiatan kerjasama penelitian Rubis Project konsorsium Pusat Penelitian Karet, Cirad dan Universitas Gajah Mada yang mendapat pendanaan dari Agropolis Foundation, Perancis. Pada 2018 juga melakukan kolaborasi penelitian dengan Riken, Jepang terkait dengan Research on breeding of natural rubber yang dilanjutkan dengan project Satrep pada tahun 2021. Pada saat yang sama juga dilakukan pengembangan Natural rubber properties melalui kerja sama dengan Riken dan Yokohama company, Jepang.
Pengaruh Kondisi Perdaunan Terhadap Hasil Lateks Pada Tanaman Karet
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman karet (Hevea brasiliensis) ditentukan oleh faktor genotipe (G), faktor lingkungan (E), dan interaksi genotipe x lingkungan (GxE). Kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap produksi karet salah satunya adalah kondisi curah hujan. Tanaman karet memiliki sifat menggugurkan daun pada setiap musim kemarau, gugur daun terjadi seiring adanya perubahan pola curah hujan bulanan. Kondisi curah hujan rendah mengakibatkan tanaman karet menggugurkan daun secara alami sebagai respon terhadap cekaman kekeringan yang terjadi pada bulan-bulan kering setiap tahunnya. Setiap klon tentunya akan memiliki respon yang berbeda terhadap perubahan jumlah curah hujan yang terjadi pada setiap bulannya. Gugur daun fisiologi yang terjadi pada tanaman karet merupakan respon tanaman untuk mencegah transpirasi berlebih pada saat terjadinya cekaman kekeringan. Secara genetik tentunya masing-masing klon memiliki mekanisme adaptasi yang berbeda pada saat terjadinya perubahan lingkungan.
Dinamika gugur daun pada tanaman karet terdiri dari lima fase yaitu fase 1 yang ditandai dengan muncul tanda-tanda daun menguning sampai daun kuning sebagian, fase 2 yang ditandai dengan kondisi daun kuning menyeluruh dan sebagian lagi sudah gugur, fase 3 ditandai dengan semua daun gugur dan muncul kuncup daun berwarna cokelat, fase 4 ditandai dengan daun mulai berwarna hijau muda, dan fase 5 ditandai dengan kondisi daun berwarna hijau tua.
Fase perdaunan pada tanaman karet
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dinamika fase gugur daun memiliki pengaruh nyata terhadap hasil lateks.
Pengaruh fase daun terhadap hasil lateks dari beberapa genotype karet
Jika ditinjau dari dinamika fase gugur daun menunjukkan bahwa hasil lateks (g/p/s) paling tinggi terdapat pada fase 5, sedangkan paling rendah terjadi pada kondisi daun fase 3 dan 4. Hasil lateks pada kondisi daun fase 1 tidak berbeda dengan fase 2. Fluktuasi hasil lateks sangat dipengaruhi oleh kondisi daun tanaman. Kondisi perdaunan karet memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan distribusi curah hujan. Turunnya kadar air tanah pada saat musim kemarau akan mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara tanaman yang selanjutnya akan mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan tanaman. Salah satu fungsi utama air bagi tanaman adalah mempertahankan turgiditas sel dan jaringan tanaman yang penting bagi kelangsungan aktivitas sel dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Pengaruh langsung yang terjadi akibat kekurangan air berkepanjangan yaitu berkurangnya laju pertumbuhan, sehingga ukuran tanaman dan hasil lateks rendah dibandingkan saat tanaman dalam kondisi normal.
Tanaman yang memiliki kecukupan air akan lebih efektif dalam kegiatan fotosintesis untuk menghasilkan asimilat. Kapasitas fotosintesis tanaman karet menurun saat gugur daun, sehingga hasil lateks pada klon karet umumnya juga menurun. Penurunan hasil lateks terjadi secara nyata pada saat pembentukan kuncup daun dan daun muda yaitu pada fase 3 dan 4. Hasil lateks yang rendah pada fase tersebut diduga disebabkan karbohidrat yang dihasilkan pada saat fotosintesis yang terdapat pada tanaman lebih diutamakan untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan untuk mensintesis partikel karet.
Referensi:
Oktavia, F., dan Lasminingsih, M. (2010). Pengaruh kondisi daun tanaman karet terhadap keragaman hasil sadap beberapa klon seri IRR. J. Penel. Karet. 29 (2): 32-40.
Priyadarshan, P.M., Sasikumar, S., and Concalves, D.(2001). Phenological changes in Hevea brasiliensis under differential geo climates. The Planter. 77: 447-481.
Siregar, T.H.S., Tohari, Hartiko, H., dan Karyudi. (2007). Dinamika perontokan dan pohon karet dan hasil lateks: I. Jumlah daun rontok dan hasil lateks. J. Penel. Karet, 25(1): 45-58.
Thomas dan Boerhendhy, I. (1988). Hubungan neraca air tanah dengan produksi karet klon GT 1 dan PR 261. Bull Perkebunan Rakyat. 4(1): 15-18.